Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak
merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang
lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah
pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap
perkembangan anak-anaknya.
Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua,
atau menyimpang dari aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua
mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya,
banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yang menjadi
penyebab utama munculnya sikap durhaka itu.
Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ;
yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya sikap durhaka kepada
orang tua, maupun kenakalan remaja.
Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
[1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak
Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar
berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara
angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut
: Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya
tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur
sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan
lain-lain.
Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa
takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka
jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal
semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi
ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, menampar
wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya,
anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut
apabila melihat darah atau merasa sakit.
[2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.
Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah
bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi.
Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang
lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila
memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena
ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau
rasa takut kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak kita
untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.
[3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.
Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka
kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri,
tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini
dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di
dunia, membinasakah muru’ah (harga diri) dan kebenaran.
[4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak
Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan
anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak
setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia
dan kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yang sedang trend,
padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini
hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi
segala permintaanya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak
peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan
menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.
[5]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.
Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita
menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan
senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi
permintaannya karena kasihan atau agar anak segera berhenti menangis.
Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan tidak
punya jati diri.
[6]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran
Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan
bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya. Ini kadang
terjadi ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin)
baru sekali melakukannya.
[7]. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga
anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya
mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara.
Misalnya : dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan
cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua yang tega menitipkan
anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada pula
yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup.
Naa’udzubillah mindzalik
[8]. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka
Mencari Kasih Sayang Diluar Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak
terjerumus ke dalam pergaulan bebas –waiyadzubillah-. Seorang anak
perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya ia
mencari perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia
merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering
memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan
kehormatannya demi cinta semu.
[9]. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.
Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang
terbaik untuk anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah memberikan
pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang
bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk
mendidik anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia.
Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja.
Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang
tidak di dapatkan dirumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.
[10]. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya
Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada
anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa
tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan
anak-anaknya, tidak mengenal teman dekat anaknya, atau apa saja
aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba,
mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya
terkena narkoba, barulah orang tua tersentak kaget. Berusaha
menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa
hanyalan penyesalan tak berguna.
Wahana Pelajar Cerdas (WPC)
Add: Jl. Tanjung Duren Barat I No. 27C
Jakarta Barat 11470
Telp. 021-5672717
E-Mail: bimbel_wpc@mail.com
Blog: wahanapelajarcerdas.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar
Please... sampaikan komentar Anda, ya. Terima kasih. :)